Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Struktur Karangan Narasi

Humaniora.net. Dalam tulisan kali ini kita masih akan membahas tentang keterampilan menulis karangan narasi, dimana kita akan fokus membahas tentang Struktur Karangan Narasi.



Sebuah strukrur dapat dilihat dari bermacam-macam segi penglihatan. Sesuatu dikatakan mempunyai struktur bila ia terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain. Struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandangan. Tetapi dapat juga dianalisa berdasarkan alur (plot) narasi. 

Keraf (2007:147) membatasi alur atau plot sebagai sebuah interrelasi fungsional antara unsure-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran), dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan narasi. 

Struktur karangan narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, seperti:

  1. Alur (plot), 
  2. Perbuatan, 
  3. Karakter/penokohan, 
  4. Latar, dan 
  5. Sudut pandang. 

1) Alur (Plot) 

Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. 
Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu insiden mempunyai hubungan dengan insiden yang lain , bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam satu kesatuan waktu. 
Oleh karena itu, baik tidaknya penggarapan sebuah plot dapat dinilai dari beberapa hal berikut apakah tiap insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam insiden sudah cukup terbayang dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya, atau apakah insiden itu terjadi secara kebetulan.

2) Tindak-tanduk/Perbuatan 

Tindak-tanduk atau perbuatan sebagai suatu unsur dalam alur (selain karakter, latar, dan sudut pandang) juga merupakan sebuah struktur atau membentuk sebuah struktur atau membentu sebuah struktur. 
Dalam narasi, tiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya sehingga pembaca merasakan seolah-olah mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Setiap perbuatan atau rangkaian tindakan itu harus dijalin satu dengan yang lain dalam suatu hubungan yang logis. 

3) Karakter/Penokohan 

Karakter adalah tokoh-tokoh dalam sebuah narasi dan karakterisasi adalah cara seorang penulis menggambarkan tokoh-tokohnya. Penokohan (karakterisasi) dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha member gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung karakter), sejalan tidaknya kata dan perbuatan. 
Narasi yang baik akan memperhatikan masalah interrelasi antar tokohtokohnya dan tindak-tanduk mereka. Untuk memahami aksi, kita harus memahami tokoh yang terlibat, wujud fisiknya, motivasinya, dan tanggapannya. 
Untuk mengungkapkan sebuah tindakan sehingga memuaskan, kita harus menampilkan seorang tokoh. Proses menampilkan dan menggambarkan tokohtokoh melalui karakter-karakternya itu disebut penokohan (Keraf 2007:164).

4) Latar 

Adapun mengenai latar, Keraf (2007:148) mengungkapkan tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya berlangsung dengan mengambil sebuah tempat tertentu yang dipergunakan sebagai pentas. Tempat atau pentas itu disebut latar atau setting. 
Latar dapat digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada tindaktanduk yang berlangsung. Latar dapat menjadi unsur yag penting dalam kaitannya dengan tindak-tanduk yang terjadi atau hanya berperan sebagai unsur tambahan saja. 

5) Sudut Pandang 

Sudut pandang dalam narasi mempersoalkan bagaimana pertalian antara seorang yang mengisahkan narasi itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung dalam kisah itu. Orang yang membawakan pengisahan itu dapat bertindak sebagai pengamat (observer) saja, atau sebagai peserta (participant) terhadap seluruh tindak-tanduk yang dikisahkan. 
Tujuan sudut pandang adalah sebagi suatu pedoman atau panduan bagi pembaca mengenai perbuatan atau tindak-tanduk karakter dalam sebuah pengisahan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sudut pandang dalam narasi mempersoalkan siapakah narrator dalam narasi itu dan atau bagaimana relasinya dengan seluruh proses tindak-tanduk karakter dalam narasi. 
Jadi, sudut pandang dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian (sebagai participant) atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari seluruh aksi atau tinda-tanduk dalam narasi. 
Berdasarkan uraian tentang struktur narasi di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur narasi terdiri dari komponen-komponen yang membentuknya, yaitu alur (plot), perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.


Sumber Rujukan

  1. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia 

Posting Komentar untuk "Struktur Karangan Narasi"

Perkembangan Kurikulum di Indonesia dan Profil Kurikulum di Berbagai Negara di Dunia
Prinsip-Prinsip Penilaian
Struktur Karangan Narasi