Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Humaniora.net. Dalam tulisan kali ini kita akan membahas tentang Keterampilan Menulis Karangan Narasi. 

Menurut Nursisto (1999:37) jenis karangan yang lazim digunakan dalam pembelajaran menulis di Indonesia terdiri dari lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. 

Meskipun ada lima jenis karangan, pada hakikatnya tidak ada satu jenis karangan pun yang betul-betul murni. Tidak ada karangan yang benar-benar naratif karena di dalamnya mungkin tetap terkandung unsur eksposisi dan deskripsi. Nah dalam kesempatan ini kita hanya akan membahas tentang Keterampilan Menulis Karangan Narasi.

Dalman (2016: 3) mengemukakan bahwa, menulis adalah “proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna”. Sementara itu menurut Tarigan (2008: 3), mengatakan bahwa, menulis merupakan “suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. 

Kemudian, menurut Dewi Kusumaningsih dkk (2013 :65), mengemukakan bahwa menulis adalah “suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan”. 

Teori tentang menulis karangan narasi akan diuraikan menjadi beberapa konsep, yaitu pengertian karangan narasi, ciri-ciri karangan narasi, struktur narasi, jenis-jenis karangan narasi, dan langkah-langah menulis karangan narasi.

Pengertian Karangan Narasi

Pengertian Karangan Narasi menurut Dalman (2016:106) merupakan “cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga didalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis”. 

Sejalan dengan itu Mappatoto (1994:43) menjelaskan bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu keadaan sedemikian rupa, seolah-ola pembaca berada dalam situasi yang digambarkan 

Kemudian Keraf (2007:136) menjelaskan bahwa narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Dapat juga dirumuskan dengan kata lain bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang sudah terjadi. 

Menurut Subyantoro (2009:224) narasi adalah himpunan persitiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau kejadian. Narasi biasanya ditulis berdasarkan pengamatan. Bentuk tulisan narasi lebih dipilih dalam pembelajaran dikarenakan karangan narasi jenis karangan yang bertujuan untuk menceritakan suatu pokok permasalahan. 

Narasi adalah bentuk karangan atau tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu (Nurudin 2007:71). Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu (Nursisto 1999:39). 

Sementara itu, menurut Semi dalam Kusumaningsih, dkk (2013: 73), narasi adalah “bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dan waktu ke waktu”. 

Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat ditarik simpulan bahwa karangan narasi merupakan hasil tulisan berupa cerita yang menggambarkan secara sejelas-jelasnya tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah kejadian/ peristiwa yang terdapat tokoh, latar tempat, waktu atau suasana yang disampaikan secara kronologis. 
Keterampilan menulis karangan narasi adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dan pengalaman hidup seseorang ke dalam bentuk karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis. Narasi adalah suatu wacana atau karangan yang bertujuan untuk mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dari waktu ke waktu. Biasanya digunakan oleh para penulis menurut urutan terjadinya (kronologis) agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. 

Ciri-ciri Karangan Narasi

Ciri-ciri Karangan Narasi menurut Atar, Semi (2007:53-54), adalah sebagai berikut: 
  1. Tulisan itu berisi cerita tentang kehidupan manusia 
  2. Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan itu boleh merupakan kehidupan nyata, imajinasi, dan boleh gabungan keduanya. 
  3. Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik keindahan isinya maupun penyajiannya. 
  4. Didalam peristiwa itu ada konflik, yaitu pertentangan kepentingan, kemelut, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. 
  5. Didalamnya sering kali terdapat dialog untuk menghidupkan cerita. 
  6. Tulisan disajikan dengan menggunakan cara kronologis. 
Sedangkan menurut Keraf dalam Dalman (2016: 110) ciri-ciri karangan narasi, yaitu: 
  1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. 
  2. Dirangkai dalam urutan waktu. 
  3. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi? 
  4. Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, narasi dibangun oleh konflik dan susunan kronologis. 
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan narasi itu berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis dari waktu ke waktu, dan memiliki konflik. 
Hal ini lah yang membedakan antara karangan narasi dan jenis karangan lainnya. Selain itu, ciri-ciri karangan narasi terdapat isi/gagasan, kesesuaian isi dengan judul, diksi (pilihan kata), kerapihan tulisan, ejaan dan tanda baca, menggambarkan tokoh, penggambaran latar, dan alur. Hal ini lah yang membedakan antara karangan narasi dan jenis karangan lainnya

Jenis-jenis Karangan Narasi 

Jenis-jenis karangan narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi 35 ekspositoris berusaha menyampaikan informasi kepada pembaca untuk memperluas pengetahuan pembaca. 
Narasi sugestif berisikan perbuatan atau tindakan yang dirangkai dalam suatu kejadian atau peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal pembaca, tentang peristiwa tersebut dan memberikan makna atas suatu kejadian.

Prinsip-Prinsip Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Menurut Suparno dan Yunus dalam Dalman (2016: 107), menyatakan bahwa, dalam menulis sebuah karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi. Prinsip-prinsip ini juga merupakan Struktur Karangan Narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 

1) Alur (Plot) 

Alur dalam narasi merupakan kerangka dasar yang penting untuk mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain dalam satu kesatuan waktu. Alur dalam narasi bersembunyi dibalik jalannya cerita. Alur dan jalan cerita sulit dipisahkan namun harus dibedakan. 
Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya. Sesuatu yang menggerakkan kejadian cerita itulah yang disebut alur. Dalam narasi terjadi perkembangan alur. Alur sering menjadi elemen-elemen berikut: 
  1. pengenalan, 
  2. timbulnya konflik, 
  3. konflik memuncak, 
  4. klimaks, 
  5. pemecahan masalah. 

2) Pernokohan 

Salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian, itu disusun bersama-sama sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal. 

3) Latar (Setting) 

Latar adalah tempat atau waktu terjadinya pembuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkan latar secara umum. 

4) Titik pandang 

Sebelum mengarang narasi sudut pandang yang paling efektif untuk cerita kita harus tentukan terlebih dahulu. Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apapun sudut pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Sebab, watak dan pribadi si pencerita akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.

Langkah- langkah Menulis Karangan Narasi

Langkah-langkan menulis karangan narasi menurut Nursisto (1999:51-52) setidaknya ada 7 tahap. Ketujuh tahap tersebut adalah:

  1. Menentukan Topik 
  2. Menentukan Tujuan
  3. Mengumpulkan Bahan
  4. Menyusun Kerangka
  5. Mengembangkan Kerangka
  6. Koreksi dan Revisi  
  7. Menulis Naskah 

Sumber Rujukan

  1. Dalman. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
  2. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia 
  3. Mappatoto, Andi Baso. 1994 . Teknik Penulisan Feature Karangan Khas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  4. Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita 
  5. Nurudin. 2007. Dasar- Dasar Penulisan. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang 
  6. Semi, Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
  7. Subyantoro. 2009. Pelangi Pembelajaran Bahasa Tinjauan Semata Burung Psikolinguistik. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press  

Posting Komentar untuk "Keterampilan Menulis Karangan Narasi"

Perkembangan Kurikulum di Indonesia dan Profil Kurikulum di Berbagai Negara di Dunia
Prinsip-Prinsip Penilaian
Struktur Karangan Narasi